Bonus Demografi dan Isu Kesehatan: Kesiapan Gen Z sebagai Lokomotif dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045

  • Bagikan
Felicia Putri Hosana (foto ist)

Penulis : Felicia Putri Hosana

(Mahasiswi Universitas Sam Ratulangi, Juara IV dalam Lomba Karya Tulis dengan Tema “Kepemudaan” yang diselenggarakan Pers Mahasiswa Acta Diurna Fispol Unsrat)

Tahun 2045 Indonesia diproyeksikan akan mencapai bonus demografi dan intelektual. Visi Indonesia Emas 2045 mungkin sudah tak asing di telinga beberapa masyarakat, mengingat acap kali di sampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Untuk merealisasikan visi tersebut dibutuhkan peran serta generasi muda, bahkan generasi muda atau lebih dikenal dengan Gen Z menjadi kunci untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Namun apakah generasi kita cukup siap menjadi lokomotif dalam menyongsong Indonesia Emas 2045? Untuk memimpin dan memandu sebuah metamorfosis menyongsong Indonesia Emas 2045, Generasi Z sebagai penerus bangsa memerlukan perhatian khusus, terutama pada Sumber Daya Manusia (SDM). Menurut Hasibuan (2003), Sumber Daya Manusia memiliki arti keahlian terpadu yang berasal dari daya pikir serta daya fisik yang dimiliki oleh setiap orang. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul menjadi salah satu pilar utama keberhasilan Indonesia Emas 2045.  Perhatian khusus terhadap SDM diperlukan untuk mempersiapkan generasi Z menjadi lokomotif dalam menentukan eksistensi bangsa pada masa depan emas tersebut.

Hanya saja sangat disayangkan bahwa berbagai permasalahan kesehatan terkhususnya stunting di Indonesia masih buruk jika dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan Asia, seperti Thailand dan Singapura. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita (Eko, 2022). Prevalensi stunting di Indonesia benar telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, angka tersebut masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan ambang batas yang telah ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia, WHO yaitu 20%. Mengingat stunting merupakan kondisi kurang gizi kronis yang ditandai dengan perawakan pendek pada anak balita (di bawah usia 5 tahun) di seribu hari pertama kehidupan anak. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas yang rendah sehingga sangat berdampak pada Sumber Daya Manusia yang mempengaruhi kualitas hidup di masa mendatang nanti. Lalu apakah Gen Z saat ini telah siap dengan berbagai tantangan mendatang di masa Indonesia Emas 2045?

Menjawab pertanyaan kesiapan, saya merasa bahwa Generasi Muda atau

Generasi Z Indonesia masih belum sepenuhnya siap. Bahkan dapat dikatakan Gen Z masih banyak yang belum mengetahui mengapa mereka harus bersiap untuk momentum Bonus Demografi? Salah satu faktor ke tidaktahuan ini disebabkan oleh minimnya minat baca atau literasi di Indonesia. Berdasarkan data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memilukan, hanya 0,001%. Artinya, hanya 1 orang yang rajin membaca, dari 1.000 orang Indonesia! Begitu memprihatinkan bukan? Alasan lain dari pernyataan saya di atas juga didasarkan oleh survei yang dilakukan American Psychological Association (APA) mencatat Generasi Z mengalami peningkatan gangguan kesehatan mental sebesar 53%. Gangguan kesehatan mental akan berpengaruh pada produktivitas SDM-nya yang mana akan menyebabkan penderitanya kurang efektif bekerja dan sering kali berakhir menjadi pengangguran. (Layard, 2017).  Namun pada kesempatan ini saya tidak memfokuskan diri pada kesehatan mental Gen Z, melainkan fokus terhadap stunting yang menjadi isu prioritas menyambut bonus demografi. Selain itu, menilik hasil SSGBI 2021 Indonesia masih buruk dalam permasalahan stunting, hal ini jelas mengartikan kita belum siap sepenuhnya dan jika terus berlanjut maka bonus demografi akan terlewatkan begitu saja. Pada akhirnya Indonesia akan urung menjadi negara maju dikarenakan ketidaksiapan kita menjemput bonus demografi yang menjadi kesempatan menuju Indonesia Emas 2045.

Mempersiapkan Gen Z menuju Momentum Indonesia Emas 2045

Stunting menjadi sebuah urgensi yang membutuhkan pengendalian, pencegahan lebih lanjut dan resolusi jitu, tidak hanya oleh pemerintah dan orang tua saja melainkan kita sebagai generasi muda sepatutnya memberikan kontribusi terbaik yang bisa kita lakukan. Stunting menjadi isu prioritas yang sangat hangat di perbincangkan di berbagai forum dan tempat. Jika prevalensi stunting tidak secepatnya menemui titik terang yaitu sesuai dengan ambang batas yang telah ditetapkan oleh WHO, 20% maka dapat dipastikan akan menghambat Indonesia menuju arah pembangunan yang lebih maju dan dinamis. Jika tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan diwacanakan, Indonesia akan terjebak di Middle Income Trap. Dalam laporan Bank Dunia pada tahun 2007 berjudul An East Asian Renaissance: Ideas for Economic Growth, istilah Middle Income Trap pertama kali disebutkan. Middle Income Trap merupakan kondisi di mana suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, namun tidak berhasil keluar dari tingkatan tersebut menuju ke tingkatan yang lebih untuk menjadi negara maju.

Untuk menopang kesiapan menuju momentum Indonesia Emas 2045, sebagai generasi muda penerus masa depan bangsa sudah seharusnya kita mengambil langkah tepat untuk mulai mematangkan persiapan yang telah ada. Hal fundamental yang dapat kita lakukan adalah dengan memerhatikan kesehatan diri kita sendiri. Mengapa demikian? Kita, Gen Z, atau Generasi Muda memiliki peran yang dominan dalam hal ini karena pada momentum Indonesia memperoleh bonus demografi dan intelektual, jumlah penduduk Indonesia 70%-nya berada dalam usia produktif (15-64 tahun). Saat berada pada Golden Age tentu saja kita ingin memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif (bebas beraktivitas), inovatif serta berkualitas unggul. Berbagai keuntungan tersebut di raup dengan modal pertama yakni kesehatan. Bila dicontohkan maka akan sepadan dengan perbandingan orang yang mengalami stunting dan orang yang tidak mengalami stunting. Saat mengalami stunting orang cenderung akan kurang percaya diri, kemampuan kognitif kurang, mengalami gangguan kesehatan dan masih banyak lagi. Sedangkan saat tidak mengalami stunting, persentase produktivitasnya terpaut berbeda.

Semua itu akan berdampak pada produktivitas di masa mendatang yang pada akhirnya mempengaruhi daya saing saat bekerja. Sebagai Agent of  Change dan generasi yang berpola pikir out of the box, kita juga dapat berkontribusi dengan memperhatikan latar belakang pendidikan. Dengan pendidikan sumber daya manusia akan menjadi unggul dan berkualitas. Sumber daya yang unggul dapat menjadi faktor pendongkrak Indonesia mencapai bonus demografi. Untuk mendukung kesiapan menuju Indonesia Emas 2045, Gen Z yang unggul dan berkualitas akan berkontribusi dalam bonus demografi, tepat pada saat mencapai usia produktif. Menggalakkan minat baca/literasi  dan membuat karya baru serta pengenalan kemajuan teknologi menjadi wadah pengimplementasian salah satu kontribusi Gen Z yang berpendidikan unggul, berkualitas, kreatif dan produktif selaras dengan persiapan menjemput bonus demografi. (RI, 2017). Dengan begitu maka Gen Z akan semakin siap menghadapi momentum Indonesia Emas 2045.

Beri aku 1.000 orang tua, Niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya 

Beri aku 10 pemuda, Niscaya akan kuguncangkan dunia”

~Soekarno (Bung Karno)~

Sebuah kalimat legenda yang dipekikkan oleh Presiden pertama Indonesia sekaligus Bapak Proklamator yakni Ir. Soekarno begitu melekat dan menggugah perasaan saya. Setiap orang mungkin mempunyai pengertian berbeda mengenai untaian kalimat tersebut. Saya memaknai kalimat tersebut dengan pengertian jumlah besar semata tidaklah cukup membawa bangsa ini maju dan di perhitungkan di kancah internasional. Namun hanya dengan sedikit pemuda pemudi unggul dan berkualitas yang membawa bangsa ini dapat maju dan mampu bersaing di kancah internasional. Hal ini dibuktikan dengan salah satu generasi muda yang begitu membanggakan yaitu founder Go-jek, Ruang Guru, Ceo Bukalapak, Gamal Ali Bin Said dengan inovasi bank sampahnya yang berhasil menarik perhatian Pangeran Charles Inggris dan masih banyak lagi prestasiprestasi yang berhasil mengguncang dunia di masing-masing bidangnya oleh pemuda-pemudi Indonesia. Generasi muda sudah sejak lama memberikan pengaruh besar terhadap sendi-sendi kehidupan di Indonesia hingga saat ini. Beberapa hasil brilian oleh pemuda-pemudi Indonesia di masa lampau yaitu Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada tanggal 28 Oktober 1928, sejarah Rengasdengklok yang membuahkan proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, berdirinya orde baru tahun 1966, reformasi pada tahun 1998 dan lainnya. Sepanjang sejarah, peran pemuda senantiasa menjadi awal dari sebuah perubahan besar Indonesia.

“ Orang tua bisa berperang, tapi anak-anak yang akan membuat sejarah.”(Ray Merritt)

Gen Z yang berkualitas unggul, inovatif, Intelektual serta tingkat produktivitasnya tidak terganggu oleh stunting, harus disiapkan untuk memandu peradaban mencapai peluang besar bonus demograf. Gen Z yang unggul dan berkualitas nantinya akan mendidik dan melahirkan calon-calon generasi selanjutnya yang lebih berkualitas lagi dan mampu bersaing dengan berbagai bangsa serta negara di kancah internasional. Generasi yang lahir dari orang tua yang berkualitas, sehat, dan berpola pikir kritis yang mampu menyikapi berbagai permasalahan dan perkembangan teknologi dengan bijak akan membuat Indonesia berada pada puncak keemasannya. Bahkan Indonesia di prediksikan akan menjadi negara maju, selaras dengan pemberitaan oleh Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi Negara-Negara Maju (OECD) yang memperkirakan bahwa pada tahun 2045 ekonomi Indonesia akan mencapai U$Rp8,89 triliun dan menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia. Prediksi ini dilatarbelakangi oleh Indonesia yang akan mengalami bonus demografi. Untuk mewujudkan potensi itu peran Gen Z saat ini sangat dominan sebagai penentu arah menyongsong Indonesia Emas 2045. SDM ( Sumber Daya Manusia) yang berkualitas dapat terealisasikan jika generasi kita tidak mengidap stunting, gangguan kesehatan mental dan giat dalam meningkatkan kualitas diri melalui membaca, namun sebaliknya jika hak tersebut tidak terjadi makan Indonesia akan terjebak menjadi negara berkembang dan tidak akan menemui titik terang negara maju.

Dari penjelasan di atas saya berharap kita semua dapat lebih memahami arti kesiapan dan menyiapkan diri menyongsong Indonesia Emas 2045. Generasi kitalah yang akan membawa arah dan roda pembangunan Indonesia. Untuk itu kita sepatutnya menyadari bahwa pentingnya SDM (Sumber Daya Manusia) Gen Z dan keterkaitannya dengan isu kesehatan prioritas yakni stunting  yang dapat menghambat Indonesia menuju masa depan cerah Indonesia Emas 2045. Satu hal yang pasti bahwa tiada keberhasilan yang akan tercapai jika pemerintah dan kita, Generasi muda serta sebagai masyarakat tidak bersinergi baik dengan pemerintah. Oleh karenanya Gen Z akan mampu merealisasikan bahkan menorehkan sejarah gemilang di masa yang akan datang, apabila pemerintah dan masyarakat juga merealisasikan kehidupan yang lebih baik untuk anda, saya dan untuk negeri tercinta ini.

“ Karena keyakinan menciptakan kenyataan.“ (William James) 

 

DAFTAR PUSTAKA

Eko, 2022. Survei SSGBI tahun 2021 sebanyak 5.33 Juta Balita Alami stunting.
[online] paudpedia. Available at: https://paudpedia.kemdikbud.go.id/berita/Survei-SSGBI-Tahun-2021- Sebanyak-533-Juta-Balita-Alami-Stunting-Target-Penurunan-3- Pertahun?id=651&ix=11 [Accessed 16 May 2022].

Kusnandy, R. N. (2021) PM2021: Definisi Sumber Daya Manusia menurut para ahli, spada.kemendikbud. Available at: https://lmsspada.kemdikbud.go.id/mod/forum/discuss.php?d=6356&parent =13521 (Accessed: 23 May 2022).

Layard, R. (2017) ‘With modern psychological therapy , mentally ill people can become’, (January), pp. 1–10. doi: 10.15185/izawol.321.

Makarim, F. R. (2021) Ramai Dibahas dan Disorot, Kenapa Stunting Jadi Isu Prioritas?, halodoc. Available at: https://www.halodoc.com/artikel/ramaidibahas-dan-disorot-kenapa-stunting-jadi-isu-prioritas (Accessed: 23 May 2022).

RI, K. (2017) Kementerian komunikasi dan informatika republik indonesia,
Kominfo. Available at: https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakatindonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media (Accessed: 23 May 2022).

Rokom (2021) tahun 2021 sebagai Modal Menuju Generasi Emas Indonesia 2045, kemkes.go.id. Available at:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20211227/4339063/penuru nan-prevalensi-stunting-tahun-2021-sebagai-modal-menuju-generasiemas-indonesia-2045/ (Accessed: 23 May 2022).

 

  • Bagikan