Penulis : Erlangga C. G. Paath
(Mahasiswa Universitas Prisma Manado, Juara I dalam Lomba Karya Tulis dengan Tema “Kepemudaan” yang diselenggarakan Pers Mahasiswa Acta Diurna Fispol Unsrat)
“Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya.
Berikan aku sepuluh pemuda niscaya akan ku guncang dunia”, begitulah kalimat yang terucap dari mulut sang proklamator bangsa Indonesia yaitu Ir. Soekarno dalam salah satu pidatonya kala ia menjabat sebagai presiden Indonesia yang pertama.
Berangkat dari perkataan sang proklamator bangsa, bahwa jelaslah terkait peran pemuda khususnya dalam era revolusi bangsa Indonesia sebelum dan pasca awal kemerdekaan bangsa Indonesia, seyogyanya peran pemuda sangatlah terasa, baik dari berdirinya organisasi Budi Utomo (1908), dilaksanakannya kongres pemuda II yang kemudian melahirkan sumpah pemuda (1928), sampai pada terbentuknya berbagai organisasi-organisasi kepemudaan pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang bergerak dalam berbagai aspek guna menopang kemajuan bangsa Indonesia.
Tentulah pegimplementasian dari pada makna yang terkandung dalam kalimat yang diucapkan oleh sang proklamator tersebut seyogyanya tidak hanya diperuntukan kepada seluruh pemuda yang hidup di era atau di zaman beliau, melainkan makna dari ucapan tersebut dapat pula di ejawantahkan didalam realitas kehidupan bangsa Indonesia di era modern ini yang juga dipandang sebagai era yang penuh dengan persaingan atau dikenal dengan istilah era kompetitif.
Berkaca dari kehidupan sebagaian besar pemuda di era ini, banyak sekali pemuda yang seolah-olah terjebak dalam comfort zone atau zona nyaman, baik terjebak dalam kelimpahan harta kekayaan dan jabatan yang dimiliki oleh orang tuanya, terjebak dalam kemajuan teknologi, maupun terjebak dalam riaknya pergaulan bebas yang merujuk pada pengerusakan masa muda.
Saking senangnya para pemuda didalam menikmati berbagai kenyamanan dan kemudahan tersebut, sampai-sampai membuat mereka lupa akan kerasnya berbagai persaingan yang sementara berlangsung disekeliling mereka, baik dalam bentuk persaingan dalam dunia pendidikan dan sampai pada persaingan di dunia karir pekerjaan.
Para pemuda yang hidup di era kompetitif ini sebaiknya bahkan seharusnya lekas sadar akan pentingnya peningkatan kualitas diri didalam menghadapi era ini, dikarenakan era kompetitif pada abad ke-XXI ini sangatlah berbeda dengan era-era sebelumnya. Banyak kemajuan-kemajuan yang telah terjadi dengan sangat pesat dalam beberapa dekade ini, khususnya berbagai kemajuan dalam bidang teknologi yang senantiasa membuat kehidupan umat manusia menjadi lebih muda, khususnya dalam menemukan berbagai informasi.
Berbagai kemajuan yang telah terjadi dengan sangat pesat tersebut memanglah membawa banyak sekali manfaat bagi kehidupan umat manusia khususnya bagi para pemuda. Namun berbagai kemajuan tersebut juga menjadi suatu tanda awas bagi para pemuda, dikarenakan berbagai kemajuan yang berlangsung dengan sangat pesat tersebut menuntut para pemuda untuk dengan lekas dan dengan pesat meningkatkan kualitas hidupnya sehingga mampu untuk berdiri sederajat dengan berbagai bentuk persaingan yang ada di era kompetitif ini. Alhasil apabila para pemuda yang ada di era kompetitif ini tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan berbagai kemajuan yang saat ini telah terjadi, maka bersiap siaplah untuk tertinggal beberapa langkah dari dunia ini.
Seperti yang sebelumnya telah dijelakan bahwa para pemuda sebaiknya meningkatkan kualitas diri, sehingga dengan proses peningkatan kualitas diri tersebut nisyaca dapat menciptakan berbagai insan pemuda khususnya berbagai insan pemuda bangsa Indonesia yang kemudian dapat menghadapi berbagai bentuk kemajuan di era kompetitif ini terlebih dapat pula berdampak dan bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Berbagai persaingan yang senantiasa sedang terjadi saat ini, bukan hanya berbicara mengenai persaingan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain yang ada diluar sana atau berbagai persaingan pemuda Indonesia dengan para pemuda bangsa-bangsa atau negara-negara lain selain Indonesia, melainkan berbagai kemajuan zaman di era kompetitif ini pun senantiasa menuntut persaingan antar anak bangsa atau antara sesama pemuda yang ada di Indonesia. Berbicara mengenai persaingan antar anak bangsa atau antar sesama pemuda bangsa Indonesia, maka teringatlah satu perkataan yang pernah di sampaikan juga oleh sang proklamator bangsa Indonesia dalam pidatonya pada 10 November 1961, yaitu “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Tentulah ucapan sang proklamator tersebut dapat di artikan dalam berbagai pengertian dalam penerapannya, namun ucapan tersebut juga dapatlah dimaknai dalam realitas yang terjadi di era kompetitif ini.
Dalam meningkatkan kualitas diri para insan pemuda guna mengarungi derasnya arus perjuangan di era kompetitif ini, tentulah harus dibarengi dengan berbagai strategi dan perencanaan yang teratur guna menghadapi berbagai proses tersebut. Adapun beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh para pemuda di era kompetitif ini untuk meningkatkan kualitas diri adalah:
1. Disiplin Waktu
Kedisiplinan waktu sangatlah dibutuhkan oleh para pemuda diera kompetitif ini, dikarenakan kedisiplinan waktu dapatlah menghantarkan para pemuda bangsa ini untuk menjadi insan yang lebih produktif dan lebih dapat dipercayai dalam hal menyelesaikan berbagai tugas dan tanggung jawab dengan kualitas dan ketepatan waktu yang baik. Kedisiplinan waktu juga dapat membuat para pemuda untuk melangkah beriringan dengan pesatnya kemajuan zaman saat ini, dikarenakan kedisiplinan waktu juga berpeluang untuk membuat satu insan untuk berada satu atau beberapa langkah lebih maju dari pada insan yang lain apabila insan yang lain yang dimaksud tidak senantiasa memprioritaskan kedisiplinan waktu serta menganggap bahwa kedisiplinan hanyalah merupakan sesuatu yang tabu.
2. Memiliki Kualitas Kerja di Atas Standart
Para pemuda di era kompetitif saat ini haruslah memiliki kualitas kerja diatas standart rata-rata yang dilakukan oleh kebanyakan orang, niscaya dengan bentuk pekerjaan seperti itu dapat pula menghasilkan suatu hasil pekerjaan yang kemudian dipandang memiliki kualitas diatas standart rata-rata.
Tentulah apabila satu insan di era kompetitif ini memiliki kualitas kerja diatas rata-rata maka insan tersebut dengan pasti dapat mengungguli insan lainnya dalam hal menciptakan hasil kerja yang lebih baik dari pada insan yang senantiasa hanya bekerja dengan kualitas kerja rata-rata atau bahkan dengan kualitas kerja yang hanya di bawa rata-rata.
3. Menguasai Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi yang dimaksud dalam hal ini ialah keterampilan dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari komunikan dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif, Dalimunthe (2008).
Tentulah dengan keterampilan berkomunikasi seperti yang dimaksud, dapatlah berdampak dan bermanfaat bagi berbagai tugas dan pekerjaan yang senantiasa dialami oleh para pemuda di era kompetitif ini, baik dalam bidang pendidikan maupun didalam bidang profesi atau pekerjaan. Komunikasi juga dipandang adalah sebuah kebutuhan mendasar umat manusia dalam menjalani lembar demi lembar kehidupannya.
4. Mengatur Skala Prioritas
Mengatur atau menentukan sebuah skala prioritas dalam memulai suatu aktifitas atau menjalankan suatu pekerjaan, sesungguhnya sangatlah berpengaruh bagi kesuksesan atau keberhasilan suatu pekerjaan tersebut. Namun di era modern yang begitu kompetitif ini, masih ada saja para pemuda yang belum mampu atau bahkan tidak memperdulikan pengaturan skala prioritas dalam menjalani setiap lembaran kehidupannya.
Sebagian besar pemuda yang ada di Indonesia di nilai belum mampu mengatur skala prioritasnya masing-masing, hal tersebut kemudian diperkuat dengan data yang di keluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Badan Pusat Statistik kemudian mencatat bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) pemuda Indonesia sebesar 14,42% pada tahun 2021. Ini berarti ada sekitar 14-15 dari 100 angkatan kerja pemuda yang tidak terserap oleh pasar kerja pada tahun 2021.
Berbagai contoh kekeliruan para pemuda dalam mengatur skala priotitasnya adalah seperti mereka lebih memprioritaskan kegiatan-kegiatan liburan maupun menggunakan media sosial secara berlebihan dibanding memprioritaskan berbagai kegiatan pokok mereka dalam hal pendidikan maupun pekerjaan, alhasil hasil kerja yang kemudian mereka hasilkan dapat berupa hasil kerja dengan nilai dibawah ratarata dan tidak memiliki nilai apresiasi.
5. Mengikuti Perkembangan Teknologi
Seperti yang telah disinggung dalam pembahasan sebelumnya bahwa perkembangan zaman pastilah diikuti dengan perkembangan teknologi, ditambah lagi telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa era kompetitif ini berbeda dengan era-era sebelumnya dikarenakan era di abad ke-XXI ini secara sekilas telah memperlihatkan kemajuan teknologi yang begitu pesat perkembangannya.
Tentulah setiap insan khususnya setiap pemuda yang hidup di era ini perlulah menguasai berbagai perkembangan teknologi yang ada khususnya juga menguasai berbagai perkembangan teknologi dalam rana teknologi digital, dan bukan sebaliknya dikuasai oleh berbagai perkembangan teknologi tersebut serta berakibat timbulnya keadaan candu terhadap media sosial maupun timbulnya rasa malas karena bauayan kemajuan teknologi.
Layaknya di berbagai kantor maupun berbagai tempat perkuliahan yang ada, pastilah berbagai bentuk pemanfaatan dibidang teknologi khususnya dalam bidang teknologi digital sangatlah nampak atau jelas terlihat. Banyangkan saja apabila para pemuda bangsa ini sama sekali anti atau malas untuk mempelajari atau mencari tau mengenai berbagai teknologi yang senantiasa di pergunakan atau dimanfaatkan dalam setiap sudut kehidupan di era modern yang begitu kompetitif ini, niscaya para pemuda bangsa ini pastilah akan sulit dalam berkompetisi satu dengan yang lain, apalagi untuk berkompetisi dengan para pemuda dari bangsabangsa lainnya.
6. Membangun Jaringan/Relasi Seluas Mungkin
Tentulah aspek yang satu ini dipandang sangatlah penting bagi pengembangan karir para pemuda di era kompetitif ini, baik karir dalam dunia pendidikan maupun dalam dunia profesi atau pekerjaan.
Pastilah apabila suatu insan pemuda kemudian memiliki lingkaran jaringan atau relasi yang luas dengan banyak orang, hal tersebut pastilah dapat berimplikasi terhadap kehidupan dan karirnya. Bertalian dengan pandangan yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia adalah merupakan Zoon Politicon atau manusia dapat disebut sebagai makhluk sosial yang tidak dapat terlepaskan dengan manusia lainnya atau tidak dapat terlepaskan dengan masyarakat dalam kehidupannya.
Jelaslah apabila seorang pembuat roti ingin membuat roti pastilah ia membutuhkan gandum dari seorang petani gandum, juga seperti seorang pemuda yang ingin mengembangkan karirnya didalam dunia pendidikan maupun didalam dunia pekerjaan atau profesi, pastilah ia akan membutuhkan bantuan dari orang lain guna membantu pekerjaannya, baik mencari bantuan dalam bentuk-bentuk yang nyata maupun mencari bantuan dalam hal ingin mempelajari pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain. Maka dari pada itu apabila pemuda bangsa ini kemudian memandang bahwa hubungan antara dirinya dengan dunia luar dalam hal membangun jaringan dengan banyak orang seperti yang telah dijelakan diatas adalah merupakan sesuatu yang penting, pastilah bangsa ini akan menghasilkan banyak sekali sumber daya manusia yang memiliki sudut pandang yang luas yang kemudian berasal dari para pemuda yang dimiliki oleh bangsa ini.
Sekiranya itulah beberapa point yang kemudian dirangkum untuk sebaiknya dilakukan oleh para pemuda di era kompetitif ini guna meningkatkan kualitas dirinya masing-masing.
Adapun kesimpulan serta maksud dibuatnya pembahasan ini ialah untuk mengingatkan para pemuda bangsa ini, agar supaya para pemuda bangsa ini tidak kemudian terlena dengan berbagai kesenangan dan kenyamanan yang disediakan oleh berbagai kemajuan zaman yang sedang atau sementara berlangsung, sehingga kemudian mereka lupa bahwa zaman di era abad ke-XXI ini adalah era kompetitif yang dipenuhi dengan berbagai persaingan yang ketat.