actadiurna.id – Tribun Manado sukses menggelar diskusi Tribun BakuDapa yang bertajuk “Demo Mahasiswa Sulut, Apa yang Disperjuangkan?”. Senin (18/04/2022).
3 narasumber terlibat dalam pembahasan tersusun yakni Fernando M. Tampi selaku Ketua DPC GMNI Manado, Alpianus Tempongbuka selaku Ketua Ew-LMND Sulut dan Ramadhana selaku Ketua Umum PC PMII Metro Manado serta didampingi Aswin Lumintang yang memimpin jalannya diskusi.
Fernando melemparkan kritik pedas kepada Mahasiswa di Sulawesi Utara yang masih sangat kurang dalam merespon isu dan permasalahan di tengah masyarakat.
“Hadir turun ke jalan merespon permasalahan social yang ada di masyarakat itu memang hanya sebagian kecil dari masyarakat dan hanya sebagian kecil dari mahasiswa yang ada di Sulawesi Utara dan kami rasa itu perlu juga menjadi kritikan pedas untuk mahasiswa-mahasiswa yang ada di Sulawesi Utara,” tuturnya.
Menurutnya tugas dan tanggung jawab mahasiswa terhadap masyarakat adalah dengan mengimplementasikan Tri Dharma namun banyak mahasiswa yang bersikap apatis.
“Tugas dan tanggung jawab mahasiswa terhadap masyarakat itu bagaimana mengimplementasikan ilmu terhadap masyarakat sebagai wujud dari implementasi dari Tri Dharma perguruan tinggi itu masing sangat kurang dan masih sangat apatis dalam merespon permasalahan-permasalan di Sulawesi Utara,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Aswin Lumintang berpendapat bahwa era digital dan kondisi di tengah pandemi membuat berbagai kegiatan masih diberlakukan dengan pembatasan fisik.
“Apakah demo itu masih jalan satu-satunya untuk perjuangan atau sudah adalah jalan lain?” tanya Aswin.
Merespon pertanyaan tersebut, Alpianus menjelaskan urgensi demo yang baru saja dilakukan beberapa waktu lalu.
“Pertama yang saya ingin jelaskan mengenai demo sebenarnya apa sih urgensi daripada demo? Menurut saya urgensi daripada demo itu jelas karena berangkat daripada sebuah kajian, kemudian konsolidasi massa, lain sebagainya. Sehingga melahirkan tuntutan-tuntutan yang jelas dengan barisan massa yang teratur, yang tertata rapi, maka tuntutan-tuntutan ini yang menurut saya lebih rasional, lebih efektif untuk bias tercapai, karena ini desakan daripada massa,” jelas Alpianus.
Ia juga menambahkan bahwa sosial media merupakan salah satu alternatif untuk menyampaikan pendapat dan membangun opini publik. Namun ketika permasalahan tersebut bersifat tuntutan dan desakan maka demo adalah jalan yang konkret.
“Dan untuk persoalan apakah mahasiswa tidak memikirkan alternatif selain demo? Yang mungkin bisa melalui sosmed, seperti yang lagi tren sekarang tiktok, instagram untuk menyampaikan pendapat dan yang perlu saya garis bawahi hal ini benar apa adanya untuk bisa membangun opini, memberitakan kepada masyarakat ataupun kepada pemerintah. Tetapi menurut saya ketika sifatnya adalah tuntukan dan sifatnya adalah sebuah hal yang sangat mendesak dengan persoalan rakyat, demo itu merupakan suatu hal yang konkret,” tambah Ketua Ew-LMND Sulut tersebut.
Pertanyaan lain dilayangkan oleh Aswin mengenai demo yang diinisiasi oleh pemerintah serta demo yang sering disusupi penyusup sehingga rusuh dan mengakibatkan jatuhnya korban termasuk Ade Armando.
“Kenapa hal ini bisa terjadi?” tanyanya.
Ramadhana menerangkan bahwa sepengalamannya ada beberapa hal yang menjadi penyebab kekacauan saat demo.
“Biasanya dalam aksi-aksi pengalaman saya ada beberapa intel yang coba masuk. Kemudian kami dari demonstrasi kerja intelektual, orang melihat massa itu terorganisir dia tahu siapa kawannya, dia tahu siapa lawannya dan kemudian jika ada orang-orang orang yang kemudian menjadi penyebab nanti adanya kekacuan sebisa mungkin mahasiswa dalam massa itu mencoba menghindari. Karena biasanya kekacuan itu dalam pengalaman saya dibeberapa demo justru datang ketika apa yang kami tuntut itu tidak direspon atau memang ada beberapa aparat-aparat yang mencoba untuk memanasi, agar aksi ini cepat selesai,” ujar Ramadhan.
Dalam kesempatan kali ini turut dibahas tentang kenaikan bahan-bahan pokok di Sulawesi Utara. Aswin mempertanyakan apakah mahasiswa tahu bahwa untuk menurunkan harga bahan kebutuhan pokok ada yang tidak bisa ditentukan oleh pemerintah daerah, ada yang ditentukan oleh pasar dan banyak faktor.
Fernando kembali menegaskan terkait hal tesebut, “Terkait dengan yang disampaikan tadi merupakan permasalahan. Tetapi yang perlu kita tekankan bahwa pemerintah sebagai pemegang kebijakan bisa mengintervensi pasar yang ada di Indonesia. Dan memang sudah menjadi tugas dan tanggungjawab bagaimana pemerintah bisa menyediakan kebutuhan pokok atau koditas lainnya untuk masyarakat,” tegasnya.
Ia pun berharap kebijakan pemerintah mengenai perekonomian bisa lebih pro ke rakyat.
“Dibutuhkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang pro terhadap rakyat dapat menjamin konsumsi masyarakat secara umum dimana dapat menjamin kesejahteraan masyarakat, pemerataan akses ekonomi terhadap masyarakat,” imbuhnya.
Fernando berpesan kepada mahasiswa di Sulawesi Utara agar agar bisa lebih giat dan aktif lagi merespon konflik-konflik sosial.
“Dan pesan juga kepada mahasiswa yang ada di Sulawesi Utara sekiranya bisa lebih giat lagi, bias lebih aktif lagi merespon konflik-konflik sosial yang ada di masyarakat dan untuk seluruh masyarakat kami mebutuhkan dukungan dari masyarakat. Meskipun hanya sebatas restu dan doa kami mahasiswa hanya bagian kecil dari masyarakat tetapi kami meiliki mimpi yang besar untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,” pesan Ketua DPC GMNI tersebut.
Alpianus juga turut memberikan statementnya di akhir diskusi dengan menekankan bahwa negara harus kuat terutama dalam menghentikan oligarki, konsolidasi pemerintah dan pihak korporasi yang merugikan rakyat.
“Negara harus lebih kuat dalam segelintir orang, negara harus lebih kuat dalam segala koorporasi karena nyatanya hari ini negara kropos disebabkan oleh segelintir orang disebabkan oleh korporasi yang kemudian membelokkan cita-cita negara, membelokkan cita-cita reformasi guna kepentingan pribadi. Sekali lagi saya tegaskan hentikan rezim oligarkis, konsolidasi antara pihak pemerintah dengan pihak korporasi yang hanya menguntungkan mereka,” tegasnya.
Sebagai penutup diskusi, Ramadhana menuturkan harapannya agar pemerintah mampu mengintervensi pasar.
“Harapan saya yang pertama Negara Indonesia itu menguasai betul sumber dayanya, karena intervensi terhadap pasar itu sangat penting bagi saya selaku mahasiswa ekonomi. Jadi harapan saya pemerintah memang mampu mengintervensi pasar,” tutup Ramadhana.
Reporter : Adhitya Nurfitri A. Radjiloen
Editor : Lady Rumondor