Penulis : Eunnike Adelina, Hany Silambi, Dwi Arnindita Gassing, Renaldi Hasudungan Sidabalok, Ronal Maesang Umbu Moto, Roger Ekahuang Tumon, Fileas Lenka Bede
Mengutip tulisan Garsinia Lestari, SP dalam bukunya tentang Hidroponik, istilah hidroponik pertama kali dikemukakan di tahun 1936 oleh W.A. Setchell kala W.F. Gericke—seorang agronomis dari University of California-USA—berhasil mengembangkan teknik bercocok tanam dengan air bernutrisi sebagai medium tanam. Awalnya Gericke menggunakan istilah aquaculture saat melaporkan hasil percobaannya. Namun, istilah aquaculture telah mengacu pada kegiatan menumbuhkan tanaman dan binatang air, maka ia memutuskan perlunya istilah lain bagi “cara bercocok tanam baru” tersebut. Selanjutnya W.A. Setchell mengusulkan istilah hidroponics yang berasal dari bahasa Yunani, hydro (air) dan ponos (kerja) yang berarti “pengerjaan air” atau “memberdayakan air” atau hydroculture.
Hidroponik mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970-an, pada tahun tersebut menjadi materi perkuliahan di perguruan tinggi (seperti Universitas Gaja Mada). Pada tahun1980-an, Indonesia mulai mengembangkan hidroponik, praktisi pertanian Cipanas Jawa Barat bernama Iin Hasim menggunakan teknik hidroponik untuk tanaman hias, namun ia terapkan di Singapura. Pengembangan tanaman sayuran dengan menggunakan budidaya secara hidroponik pertama kali dilakukan oleh Bob Sadino pada tahun 1982.
Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah, sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai aktivitas pertanian yang dijalankan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang sempit. Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di pekarangan rumah, atap rumah, dan lahan lainnya. Kebutuhan pangan bagi manusia seperti sayuran dan buah–buahan semakin meningkat seiring perkembangan jumlah penduduk di Indonesia.
Banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari sistem hidroponik. Sistem ini dapat menguntungkan dari kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya, serta dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada karena tidak membutuhkan lahan yang banyak. Keuntungan Sistem Hidroponik yaitu keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin, perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol, pemakaian pupuk lebih hemat (efisien), tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru, tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standarisasi, tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak, serta hasil produksi berkelanjutan dan lebih tinggi disbanding dengan penanama ditanah. Sistem hidroponik juga memiliki kelemahan seperti investasi awal yang mahal, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia, serta ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik tergolong sulit.
Sebagai Mahasiswa Univertitas Kristen Duta Wacana (UKDW), kami berupaya untuk meningkatan perekonomian pada masyarakat Desa Buyutan, Gunungkidul, dengan cara menyampaikan penyuluhan budidaya perikanan sekaligus bercocok tanam dengan metode hidroponik yang dilakukan pada mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 17 periode Juni – Juli. Alasan kami mengolah sistem hidroponik, yaitu karena mayoritas pekerjaan masyarakat di Buyutan adalah petani, sehingga akan sangat bermanfaat jika ada edukasi tentang hidroponik. Materi mengenai hidroponik cenderung relevan dan tingkat keberhasilan tergolong tinggi.
Media hidoponik dapat menampung hewan seperti ikan pada media penataannya. Ikan pada media ini dapat menghasilkan kotoran yang akan diserap nutrisinya oleh tanaman, sehingga cocok untuk dibudidayakan oleh warga. Hal ini tidaklah terlalu sulit sebab peralatan dan bahan yang digunakan relatif mudah didapatkan oleh masyarakat dan siklus panennya relatif pendek.
Kedepannya, hidroponik ini diharapkan dapat membantu terciptanya gaya hidup masyarakat yang sehat dikarenakan dapat mengonsumsi sayuran organik demi kesehatan masyarakat. Tidak perlu risau, sayuran organik ini memiliki nilai ekonomi yang cukup besar, untuk diterapkan oleh petani hidroponik yang area desanya masih tergolong rendah. Untuk menjadi petani hidroponik tidak ada batasan umur, serta taka da alasan terhalang lahan yang luas, sebab hidroponik ini dapat dilakukan pada lahan sempit seperti dipekarangan rumah.