Hennglyny Huwae jadi Pemateri, Paparkan Format hingga Teknik Debat

  • Bagikan
Pamflet kegiatan (foto ist)

actadiurna.id – Hennglyny Huwae, salah satu mahasiswa pemenang lomba debat yang diselenggarakan oleh PSD Fispol Unsrat pada Maret lalu, dihadirkan sebagai pembicara di satu kegiatan oleh Badan Tadzkir (BT) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fispol) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat).

Pada kesempatan kali ini, Hennglyny membawakan materi dasar debat serta menjelaskan format-format yang biasa dipakai ada dua yaitu British Parlementary dan Asian Parlementary.

“Sebenarnya ada berbagai format dalam lomba debat tetapi yang paling sering digunakan adalah British Parlementary dan Asian Parlementary. Kedua format ini sangat sering dijadikan format untuk lomba-lomba debat nasional maupun internasional,” ujar Hennglyny saat membawakan materi Pelatihan Debat pada Kamis, (26/4/2022) kemarin.

Ia menambahkan, biasannya saat debat setiap membicara dimulai dari pembicara pertama hingga terakhir mempunyai waktu 7 menit 20 detik dimana pada saat berpidato, tim lawan bisa mengambil interupsi untuk membantah argumen yang diberikan.

Pemateri pun menambahkan, “biasanya waktu akan berhenti dan diberikan waktu 15 detik untuk interupsi, baik itu interupsi selesai maupun tidak, setelah 15 detik akan diberhentikan dan dilanjutkan untuk tim menyampaikan argumen lanjutan untuk membalas interupsi dari lawan,” ujar Hennglyny.

Dalam kesempatan kali ini juga Hennglyny memberikan penjelasan mengenai tugas-tugas dari para pembicara dalam satu tim.

“Saya selalu mengingat perumpamaan ini dimana saya menggunakan bentuk rumah sebagai pola saya untuk tugas maupun peran dari masing-masing pembicara, mulai dari pola berbentuk segi lima, berlanjut terus hingga menjadi rumah yang indah,” jelasnya.

Dalam kesempatan kali ini juga Hennglyny memberikan penjelasan mengenai tugas-tugas dari para pembicara dalam satu tim.

“Pembicara pertama tugasnya memberikan pondasi untuk argumentasi debat biasanya argumentasi itu berbentuk general atau umum, pembicara kedua melanjutkan poin-poin argumentasi pembicara pertama, pembicara kedua juga akan membahas lebih luas dan mengelaborasi atau melanjutkan argumen pembicara pertama,” bebernya.

Ia pun menjelaskan tugas pembicara ketiga, “pembicara ketiga tidak boleh menambah poin-poin baru tetapi pembicara ketiga memebawakan argumen yang lebih komplit, detail dan merangkum poin-poin dari argumen pembicara pertama dan kedua,” jelas mahasiswi itu.

Hennglyny menambahkan, pembicara balasan tugasnya ibarat memberikan warna pada argumentasi pembicara sebelumnya. Untuk pembicara balasan tidak boleh dari pembicara ketiga dan ketika menyampaikan argumen, pembicara balasan tidak boleh diinterupsi.

Selain tugas dari pembicara, Hennglyny juga menyampaikan contoh dalam membuat Casebuilding untuk Asian Parlementary, “biasanya setelah mendapatkan mosi, kita dibagi menjadi tim government dan oposisi, selanjutnya adalah kita diberikan waktu 30 menit dalam pembuatan kasus atau casebuilding,” tutur Hennglyny.

Dalam penjelasannya, ia menyampaikan contoh pembuatan casebuilding yaitu 5 menit untuk Brainstorming, 10 menit untuk Discussion, 10 menit untuk Silence atau mengerjakan kasus secara individual.

“Yang terakhir, 5 menit untuk final checks jika ada waktu ekstra, biasanya digunakan untuk pergi ke restroom, menambahkan catatan dan mengatur kembali papers,” tandasnya.

Diketahui, kegiatan Pengembangan Minat dan Bakat (Pemikat) dengan fokus Pelatihan Debat yang dilaksanakan BT Fispol Unsrat berlangsung secara daring melalui Zoom Meeting yang dihadiri oleh 15 orang.

Reporter : Adhitya Nurfitri A. Radjiloen

Editor : Marcella Pangandaheng

  • Bagikan