Romantika dalam Catatan Argumentasi Dimensi (Seni Membangun Emosional Manusia)

  • Bagikan
Febrianto Arifin (foto ist)

Penulis : Febrianto Arifin

Kita berangkat pada perdebatan yang lahir dari melankolis dialog dini hari, berada pada ruang-ruang dimensi imajinasi. Tulisan ini saya tidak tujukankan kepada mereka yang sedang jatuh cinta, sebab mereka yang lebih paham tentang dinamika cinta. Tetapi lebih kepada mereka yang ingin mencoba untuk jatuh cinta.

Manusia tidak terlepas dari hasrat ingin memiliki, walaupun Rocky gerung pernah bergurau tentang cinta, tetapi sejatinya itu adalah penjelasan yang paling rasional dalam mendefinisikan tentang kebebasan dari jeratan ikatan romantika. Sendiri adalah kondisi ontologis yang ditafsirkan secara sosiologis yang kemudian diinterprestasikan bermacam-macam oleh publik. Saya percaya kita semua tidak membutuhkan penjelasan rasional ini sebagai penguatan, tetapi saya ingin mengajak kepada anda bertukar pikiran bahwa berorganisasi dan membangun hubungan persahabatan dengan orang lain juga membutuhkan ikatan cinta.

Sama hal tentang dua insan yang sedang dilanda asmara, bahwa hidup dan turunannya ternyata sangat ketergantungan akan cinta. saya melihat manusia mempengaruhi manusia lainnya menggunakan senjata paling ampuh, yaitu cinta. Yang saya pahami tentang cinta adalah cinta tidak selamanya tentang titik, cinta bisa berupa koma, tanda tanya, ataupun tanda seru. Yang harus manusia sadari cinta adalah ejaan dasar yang harus diketahui atau dipahami oleh setiap manusia.

Lantas pertanyaanya apa hal tersulit untuk manusia realisasikan dalam mengimplementasikan tentang cinta? Ternyata hal tersulit itu adalah berusaha untuk menemukan cara bagaimana mencintai seseorang tanpa kata-kata. Walaupun pada dasarnya mencintai dan dicintai adalah dua kata tersulit dalam membedakan perasaan.

Selanjutnya tentang subjek, pengharapan dan tujuan. Sedari awal tetapi tetap dilakukan oleh si ceroboh (manusia) adalah mencintai dan berharap pada manusia. Kita tidak sadar bahwa mencintai manusia adalah seni paling sederhana untuk terluka. Pesan terakhir bagi kita semua, teman, sahabat, bestie, ayang, atau apaun redaksi kata yang paling nyaman untuk digunakan. Mencintai tidak cukup dengan tidak melukai yang dicintai, tetapi juga harus sabar saat dilukai yang dicintai.

Disclaimer tapi diakhir, ini bukan keresahan hati si penulis.

 

  • Bagikan