Perempuan dalam Aktualisasi Diri sebagai Manusia Bebas

  • Bagikan
Celciane M. Kuada (foto istimewa)

Penulis : Celciane M. Kuada

Persoalan mengenai kesetaraan Gender rasanya tidak akan habis dibahas jika subordinasi Gender masih kian terjadi. Subordinasi Gender yang diartikan sebagai penomorduaan Gender kerap kali terjadi pada kaum perempuan, yang dimana kedudukan perempuan selalu dikatakan berada dibawah laki-laki.

Anggapan-anggapan bahwa kodrat seorang perempuan hanyalah untuk melahirkan dan merawat keturunan adalah anggapan yang MEMASUNG proses aktualisasi diri seorang perempuan. Tidak hanya itu, nilai-nilai Budaya yang masih menempatkan posisi laki-laki diatas perempuan juga dapat menjadi batu sandungan bagi perempuan dalam mengaktualisasikan diri mereka.

Padahal proses aktualisasi diri adalah suatu proses yang penting untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki.Sebenarnya banyak sekali dampak positif yang bisa dihasilkan dari proses ini, beberapa diantaranya yaitu : membuat seseorang lebih terbuka, tidak kaku, memiliki etika personal dan tanggungjawab yang besar terhadap diri dan lingkungannya, dan orang yang sudah melalui proses aktualisasi diri tidak akan menjadi orang yang diskriminatif terhadap dirinya sendiri dan juga terhadap orang lain.

Namun sayangnya, masih banyak kaum perempuan yang belum bisa keluar dari perangkap pemikiran budaya patirarki yang beranggapan bahwa tugas seorang perempuan hanya seputar “sumur, dapur, dan Kasur” masih banyak kaum perempuan yang sampai saat ini belum berani untuk menjadi manusia yang bebas, dan belum berani untuk menampilkan serta mengembangkan setiap potensi yang mereka miliki, karena stigma-stigma tentang mereka yang terlalu terbatas.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan persentase perempuan yang terjun dalam pasar tenaga kerja mengalami penurunan sekitar 2,99 poin pada tiga tahun terakhir (2019 hingga 2021) Kenyataan bahwa peran serta perempuan dalam kegiatan ekonomi belum dapat dikatakan signifikan, dan secara tidak langsung hal ini membuktikan otoritas kaum laki-laki masih cukup kuat.

Oleh karena itu pemikiran-pemikiran kolot terhadap kedudukan perempuan yang katanya berada dibawah laki-laki harus diberantas, perempuan harus berani menepis pandangan-pandangan buruk terhadap diri mereka, agar perempuan tidak terus menerus terpasung, dan terkekang dalam nilai-nilai budaya patriarki yang selalu menjadi batu sandungan bagi mereka untuk mengatualisasikan diri sebagai manusia bebas, bebas menjadi perempuan yang sebenarnya, yang tidak terbatas hanya untuk melahirkan dan merawat keturunan saja. Karena perempuan berhak untuk berkarya, dan bekerja, perempuan juga berhak untuk menjadi seorang pemimpin, dan berhak untuk menjadi dirinya sendiri.

  • Bagikan