actadiurna.id – Masa kampanye Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) tengah berlangsung dengan semangat tinggi dari para kandidat. Salah satu pasangan calon, Christdeo Rompas dan Filadelfia Soputan (CTF), tampil dengan visi inklusif dan pendekatan solutif sebagai jawaban atas keresahan mahasiswa.
Christdeo Rompas, calon ketua BEM, menyampaikan keinginannya menjadikan BEM sebagai “rumah yang hidup” bagi seluruh mahasiswa Unsrat. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas fakultas dan pembangunan sistem yang responsif serta terbuka terhadap aspirasi mahasiswa.
“Saya mencalonkan diri karena ingin membawa semangat baru yang lebih inklusif, progresif, dan solutif untuk menjawab keresahan serta potensi besar mahasiswa Unsrat,” ungkapnya.
Pasangan CTF menawarkan tiga program prioritas utama dalam masa kampanye mereka:
1. Sistem Aspirasi dan Komunikasi Digital yang Transparan dan Responsif:
Melalui program “BEM Mendengar” dan “Ruang Aspirasi Progresif”, CTF berkomitmen membangun platform digital yang memfasilitasi komunikasi dua arah antara mahasiswa dan BEM secara terbuka dan mudah diakses.
2. Penguatan Kolaborasi Antar Fakultas dan Organisasi Kemahasiswaan:
Upaya ini bertujuan memperkuat suara kolektif mahasiswa agar dapat merespons kebijakan kampus secara terkoordinasi dan strategis.
3. Pembukaan Ruang Aktualisasi Potensi Mahasiswa:
Melalui inisiatif “Kampus Merdeka, Mahasiswa Berkarya”, pasangan CTF akan menjalin kerja sama dengan mitra eksternal untuk menciptakan ruang pengembangan diri dan karya bagi mahasiswa Unsrat.
Dalam menanggapi persoalan keterbatasan akses informasi dan minimnya partisipasi mahasiswa, Rompas menyatakan akan merancang pembangunan platform digital terintegrasi, menyelenggarakan forum rutin dengan pihak kampus, serta mempublikasikan “dashboard aspirasi” secara berkala.
“Kritik adalah bahan bakar perbaikan,” ujarnya. Komitmen ini memperkuat tekad mereka dalam membangun mekanisme yang terbuka dan transparan untuk menampung serta menindaklanjuti kritik dan masukan dari mahasiswa.
Pasangan CTF menilai kekuatan mereka terletak pada kematangan ide, keberpihakan terhadap mahasiswa, dan pendekatan kerja kolektif. Mereka mengusung model kepemimpinan kolaboratif dan partisipatif, yang menyelaraskan aspek kognitif, emosional, dan praktis dalam pelaksanaan program kerja.
“Kami tidak sekadar menawarkan visi, tapi menghadirkan arah gerak yang berpijak pada realitas dan berjalan bersama seluruh mahasiswa,” tutup Rompas.
Reporter: Kreysita Abast
Redaktur: Anna Siahaan




