Mineshia : Hasil Pemilu Harus Mendorong Lahirnya Kebijakan Negara yang Mensejahterakan Rakyat

  • Bagikan
Kegiatan Menakar Kesiapan Pemilu 2024, (foto ist, Mineshia Lesawengen paling kanan)

actadiurna.id – Pemilu (Pemilihan Umum) merupakan metode universal yang digunakan untuk mengisi keanggotaan lembaga perwakilan, memilih presiden dan kepala daerah dalam pilkada.

Menurut Mineshia Lesawengen selaku peneliti Pusat Studi Demokrasi Gerakan Minahasa Muda (PSD GMM) menuturkan bahwa perjalanan Pemilu maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia mempunyai rona-rona yang tak sederhana, baik menyangkut perangkat maupun infrastruktur politik yang ada di dalam masyarakat.

“Pembangunan keduanya dengan baik tentu mengarah pada terjadinya konsolidasi demokrasi yang berpangkal pada kepentingan bahwa demokrasi adalah sebuah alat untuk menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat, bukan mendatangkan bencana praktik politik yang koruptif dimana-mana yang seolah tiada bertepi,” lanjut Direktur Media dan Pemilu, Pusat Studi Kepemiluan Fisip Unsrat itu.

Menurutnya, untuk memperkuat relasi antara pemilih dengan yang dipilih itu dibutuhkan kerangka yang kuat agar mampu meningkatkan kualitas demokrasi. “Karena bagaimanapun, Pemilu merupakan sarana untuk membangun demokrasi,” jelasnya.

Adapun ia menuturkan, demokrasi yang terlihat saat ini hanya sebatas menampilkan deretan para politikus di panggung politik yang gemerlap seperti sebuah pagelaran yang hanya dapat menenangkan rakyat, namun hanya sesaat.

“Sehingga pemilu sebagai wujud nyata dari implementasi kedaulatan rakyat, diharapkan hasil pemilu harus mendorong lahirnya kebijakan negara yang mensejahterakan rakyatnya,” sambung Sekretaris Perkumpulan Perempuan untuk Kebudayaan dan Demokrasi (PEKA) Manguni Sulut itu.

Dalam penyelenggaraan Pemilu, perlu mencari adanya bahan evaluasi untuk kesiapan Pemilu di tahun 2024.

“Perlu melakukan identifikasi masalah-masalah internal yang dihadapi pada Pemilu 2019 dan Pilkada 2022, dan dicarikan solusi baik dalam perbaikan kebijakan maupun konsolidasi organisasi untuk penyelenggaraan pemilu 2024,” ujarnya.

Pemilu tidak hanya diikuti oleh para orang tua tapi disertai pula oleh generasi muda atau disebut pemilih pemula. Hal ini berarti perlu adanya sosialisasi khusus untuk pemilih pemula dan pemilih generasi Z.

Berikut beberapa strategi sosialisasi melalui komunitas-komunitas minat anak muda yaitu :
– Perlu Pendidikan politik agar bisa menjadi pemilih rasional dan politisi
– Keterlibatan perempuan (Penyelenggara dan Peserta Pemilu). (*)

Editor : Michelle Makatuuk

  • Bagikan