Kurnia Surentu: Kita Maju dan Speak Up Kebenaran

  • Bagikan
Diskusi Publik "Kampus Merdeka 'Bebas Kekerasan Seksual (foto ist)

actadiurna.id – Universitas Prisma melaksanakan diskusi publik yang bertajuk “Kampus Merdeka ‘Bebas Kekerasan Seksual'”, Via Zoom Meeting, Rabu (23/03/2022).

Menghadirkan 4 pemateri, Kurnia Surentu selaku Korda Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara sekaligus menjadi pemateri pertama, menyampaikan di masa kini banyak yang masih menutupi kekerasan seksual yang terjadi di kampus.

“Yang menjadi tantangan di saat ini, kekerasan seksual dalam ranah kampus itu di tutup-tutupi jadi seolah kampus menutupi apa yang terjadi,” tegas Kurnia Surentu.

Ia menambahkan, poin penting kekerasan seksual ini tidak hanya terjadi antara dosen dan mahasiswa tapi juga mahasiswa kepada mahasiswa.

“Jangan takut dengan intimidasi dari dosen dan rektorat, tapi mari kita maju dan speak up kebenaran!” lanjutnya.

Selain itu, Salsabila Alya Ratu sebagai pemateri kedua mengatakan bahwa akar masalah dari kekerasan seksual adalah ketidakadilan gender.

“Mahasiswa kadang takut speak up karena mengacu hal-hal yang mendasar pada pemikirannya seperti takut, serta diancam petinggi kampus dengan sesuatu yang membuat mereka bimbang, bahkan sulit untuk speak up kebenaran,” bebernya.

Lebih lanjut, merespon sebuah pertanyaan terkait upaya pengendalian hasrat guna mencegah terjadinya kekerasan seksual, ia mengatakan bahwa sosialisasi terkait hal ini perlu dilakukan lebih dalam sebagai solusi mengatasinya.

“Menghilangkan watak seksual pada seseorang dapat dilakukan dengan kita menjadi pelopor atau menyosialisasikan pada lingkup kampus atau lingkungan luar,” jelasnya.

Dalam sesi tanya jawab, seorang partisipan menyebutkan bahwa ketika berbicara tentang kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) harusnya maju menjadi garda terdepan dalam penanganannya.

“Sepakat BEM harus menjadi garda terdepan dalam mengawal kasus kekerasan seksual,” ujar partisipan dengan nama Anto selaku peserta dalam chat Zoom, yang juga seorang mahasiswa Universitas Sam Ratulangi (Unsrat).

Ia pun melayangkan pesan satire agar BEM memperjuangkan hak korban, dan agar tidak takut untuk membela kebenaran,

“Jangan sampai BEM justru kongkalikong dengan pihak rektorat atau takut dengan pihak rektorat dan hanya cuci tangan, tidak ada tindakan nyata yang dilakukan,” pungkasnya.

(Michelle Makatuuk)

  • Bagikan