Penulis: Debora Ngadiman & Anatasya Kilis
Kemajuan teknologi dan informasi membawa kita pada era digitalisasi. Berbagai kemudahan fasilitas tersedia di dalamnya, mulai dari akses informasi yang mudah dan cepat, hingga berbagai bentuk hiburan yang bisa dikelola maupun diterima. Kendati demikian, kemudahan ini memengaruhi berbagai lapisan generasi dan aspek kehidupan. Salah satunya terhadap perilaku generasi Z dalam rentang usia 12-27 tahun.
Kehidupan generasi ini sangat sulit terlepas dari digitalisasi. Acap kali mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam berinteraksi melalui media sosial untuk mengakses hiburan dalam platform yang sedang tren sehingga mengabaikan kebutuhan dan kegiatan primer di sekitarnya.
Kecanduan media sosial tersebut dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik seseorang.
Nia Paramita Yusuf, seorang psikolog klinis juga founder dan CEO Nia Talent Psychologist, mengulas kompleksitas hal ini.
Masuk dalam kategori usia anak hingga awal dewasa, bukanlah hal yang mengherankan ketika generasi ini mengalami kecanduan media sosia. Nia menyampaikan bahwasannya rasa ingin tahu akan berbagai hal menyelimuti kalangan usia ini, tak heran jika mereka menggemari kegiatan berselancar mencari informasi secara instan hingga merasa tak ingin melewatkan informasi serta tren terkini.
Hal ini bukanlah sesuatu yang keliru, karena kehidupan generasi ini tidak dapat dipisahkan dari aktivitas media sosial. Namun, hal tersebut dapat menjadi sebuah maslaah ketika pembatasan dan pengendalian diri mengakses media sosial diabaikan.
“Ada beragam sisi positif yang dapat diperoleh dari kegiatan bermedia sosial, tetapi ada pula tren-tren merugikan yang menjerumuskan dan bersifat tidak baik, namun tanpa pikir panjang demi terlihat up to date seringkali seseorang melakukannya,” ungkap Nia.
Sementara, kemudahan berbagi informasi membuat mereka dapat dengan mudah menyebarkan berita yang bersifat hoax tanpa mencari tahu kebenarannya.
“Kadang karena seolah berlomba ingin jadi yang paling up to date, seseorang langsung membagikan berita/informasi yang diterima tanpa memastikan kebenarannya terlebih dahulu, hal seperti ini juga yang menjadikan kecanduan media sosial dapat berdampak negatif padahal niat awalnya baik namun berujung pada kesalahan yang tidak disengaja,” jelas Nia.
Selain itu, berkurangnya etika berkomunikasi dalam pengaplikasian media sosial sering kita temukan. Ungkapan dan tindakan tidak pantas cukup sering terlihat pada laman media sosial. Oleh karena, itu dibutuhkan edukasi dan pengawasan dalam bermedia sosial.
“Dalam beberapa situasi, sering kita temukan ketika sedang makan, mengikuti kelas atau berhadapan untuk berkomunikasi dengan orang lain dilakukan sembari main gadget untuk bermedia sosial, padahal untuk melakukan hal-hal tersebut tanpa aturan tertulis pun harusnya mampu dipahami dan dipelajari sopan santun dalam mengerjakannya, penyesuaian diri untuk mengakses dan melepaskan gadget pada waktu-waktu tertentu dibutuhkan kedisiplinan,” imbuhnya.
Berangkat dari realitas di atas, Nia memberikan beberapa kiat untuk mencegah dan mengatasi kecanduan bermedia sosial pada generasi Z.
Edukasi hingga Pengawasan Pada Anak dan Remaja
Dalam kategori usia anak dan remaja, aktivitas mereka dalam media sosial perlu diedukasi serta diawasi sepenuhnya. Orangtua berperan besar menjadi supervisor mereka.
Begitu banyak hal positif yang berlalu lalang pada laman media sosial kalangan tersebut, begitu banyak pula hal negatif yang sulit dihindari. Untuk itu, peran orangtua melakukan bimbingan dalam konteks ini sangat diperlukan.
Berada pada tahap usia pengenalan dan perkembangan terhadap hal-hal baru yang ditemui, orangtua juga diharapkan turut andil membantu anak memilah hal yang dapat ditiru maupun dihindari. Nia menambahkan orangtua juga diharapkan mampu menjadi role model yang baik sebagai inspirasi bagi sang anak mengakses dan mengoperasikan sosial media.
Aktualisasi Diri dan Bijak Dalam Bermedia Sosial bagi Pemuda
Bagi kalangan generasi Z, bermedia sosial memerlukan pengendalian diri. Komitmen pendirian perlu dipelajari agar individu yang dimaksud dapat berekspresi menunjukkan diri sesuai kemampuannya. Tak hanya itu, tugas perkembangan dalam usia ini mereka sudah harus bijak dan bertanggungjawab mengelola konten yang dihasilkan, diperoleh serta dikomentari.
Nia menuturkan, “acapkali kegiatan menjelajahi media sosial membawa kaum muda pada situasi bermalas-malasan, terlalu nyaman scrolling sampai kadang terlena mengabaikan kegiatan yang memerlukan aksi langsung dan nyata,” tuturnya.
Pada akhirnya, media sosial memiliki dampak positif dan negatif yang besar. Kecanduan yang berlebihan dalam menggunakannya akan sangat merugikan para pengguna. Batasan, kesadaran, pengendalian diri merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah serta mengatasi efek negatif yang dapat ditimbulkan.