GMNI Menguak Politik Dinasti Indonesia dan Kapitalisasi Suara dari Media Sosial

  • Bagikan
Dokumentasi Diskusi Publik (foto, ist)

actadiurna.id- Diskusi Publik oleh Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Manado menguak Pikiran Perihal Pemuda dan Politik Identitas, Sabtu (28/10/2023)

Diskusi Bertema “Menuju Pemilu 2024 Pemuda dalam Pusaran Politik Dinasti: Tinjauan Nasional dan Lokal” Andre Mongdong setuju dengan adanya pemimpin muda tetapi yang dimaksud pemimpin muda merupakan pemimpin yang betul-betul lahir dari sebuah basis perjuangan yang jelas.

“Para pemuda yang sudah memulai garis start betul-betul lahir dan lahir dari sebuah basis perjuangan yang jelas bukan anak muda yang menerima suapan orangtua ,” ujar Andre.

Nono Sumampouw mengungkapkan politik dinasti di Sulawesi Utara telah terjadi saat diawali jabatan A. J. Sondakh sebagai Gubernur Sulawesi Utara periode 2000-2005.

“Politik dinasti pada Indonesia secara aktual dapat terjadi dan secara hukum tidak dilarang serta secara statistikal tidak mungkin dapat dihindari,” ungkap Sumampouw.

Valentino Lumowa menjelaskan juga bahwa PDIP tidak pernah lari dari politik kekerabatan.

“PDIP tidak pernah lari dari politik kekerabatan tapi masalahnya mereka yang dikapitalisasi. karena dengan demikian you are nothing,are pure object, you are spectator, kita sebagai warga adalah key maker,” jelas Lumowa.

“Wakil presiden di dunia sekarang tugasnya menurunkan angka stunting dan angka kemiskinan. Menurut data, kemiskinan Indonesia dari tahun 2010 ke sekarang, kemiskinan Indonesia di tahun 2010 13,33%, sekarang Indonesia di 9,57%. Stunting dari tahun 2010an hingga 2015 ketika isu itu diangkat kita disekitar 40an persen sekarang 21% dan kita masih dituntut 14% di tahun 2024 itu menurut RPJPN,” tutupnya.

Diketahui diskusi ini menghadirkan narasumber yaitu Andre Mongdong,  (Pengamat Politik/Ketua PA Gmni Manado), Valentino Lumowa (Akademisi/Pengajar Filsafat), dan Nono S.A Sumampouw (Antropolog/Peneliti).

 

Reporter: Kei Mongdong

Redaktur: Ellis Batahari

  • Bagikan