actadiurna.id – Dr. Daud M. Liando, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), menekankan pentingnya orientasi outcome dalam produk institusi pendidikan.
Hal itu disampaikannya saat dialog bersama Dr. Odi Kaunang dalam PodCast Unsrat di gedung Pusat Teknologi Informasi (PTI) Unsrat, Jumat (06/06/2024).
Dr. Daud mengatakan bahwa target lulusan perguruan tinggi tidak hanya sebatas pada jumlah mahasiswa mencapai IPK dan predikat tertinggi, atau pencapaian lain yang sifatnya numerik atau angka.
Ia juga akan berupaya menjadikan para lulusan tidak hanya bermodalkan ilmu pengetahun atau teori semata, namun perlu juga dibekali dengan keterampilan kerja dan karakter yang baik.
“Menjadikan mahasiswa cerdas, itu suatu kewajiban bagi institusi pendidikan. Namun cerdas saja tidak cukup untuk bisa berkompetisi di dunia kerja kelak. Mahasiswa harus punya skill dan karakter yang baik”, ujarnya.
Liando akan merancang sebuah grand design pendidikan baik pembenahan tujuan pembelajaran masing-masing mata kuliah maupun metode pembelajaran.
“Kita tidak perlu mengubah mata kuliah, namun tujuan masing-masing mata kuliah harus diperbaiki. Masing-masing mata kuliah didorong untuk menghasilkan tiga capaian yakni penguasaan teoritik, skill atau keterampilan khusus dan pembentukan sikap atau karakter”, tuturnya.
Dekan Fisip tersebut mengungkapkan bahwa mahasiswa harus memiliki bekal keterampilan, maka para dosen juga di dorong untuk pengembangan dan pengalaman empirik.
“Kita juga mempersiapkan dosen yang ahli dibidang teknologi pemerintahan, akuntansi pemerintahan, jurnalistik dan humas serta keahlian lain yang dibutuhkan mahasiswa ketika mereka masuk dunia kerja kelak” jelas Liando.
Liando menyarankan para dosen memiliki keahlian khusus yang akan mendukung Indikator Kinerja Utama atau IKU dan Alreditasi Prodi. Bahwa dosen harus didorong berkegiatan di luar kampus sebagai penunjang tri dharma perguruan tinggi.
“Sebab baik lembaga pemerintahan, swasta ataupun organisasi non pemerintah kerap membutuhkan konsultan, tim ahli, tim pakar dari perguruan tinggi. Mereka menyiapkan banyak anggaran untuk itu. Yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga tersebut bukan hanya sekedar kepakaran dibidang keilmuan, namun dibutuhkan kepakaran dalam merancang sesuatu untuk menghasilkan produk pemerintahan seperti naskah akademik ataupun policy paper”, ungkap Dekan FISIP
“Semua itu butuh proses panjang dan saya yakin ini bisa. Apalagi terget ini sangat sejalan dengan Visi Rektor Prof Dr Octovian Aleksander Berty Sompie yakni menjadikan Unsrat Unggul dan Berbudaya menuju World University”, lanjutnya
Selain penguatan kurikulum dan pengembagan keahlian dosen, diperlukan juga pengembangan kegiatan extra kurikuler bagi mahasiswa.
“Belajar di kelas tidak cukup untuk melatih mereka memiliki kapastitas yang dibutuhkan dunia kerja kelak. Sehingga pengembangan kepemimpinan mahasiswa harus di dorong lewat oraganisasi kemahasiswaan”, tambahnya.
“Jadi nantinya tujuan pembelajaran masing-masing mata kuliah tidak hanya diarahkan pada penguasaan pengetahuan teoritik semata, namun pengalaman kepemimpinan mahasiswa harus dijadikan target juga guna mempersiapkan diri mereka untuk berkompetisi di dunia lapangan pekerjaan ketika mereka lulus kelak atau untuk pengembangan karier mereka dalam dunia kerja. Ada link and match antara matakuliah yang diajarkan dengan kebutuhan dunia kerja”, harap Dekan.
Reporter : Mirna Pasaribu
Redaktur : Kezia Laloan