Mematahkan Stigma Buruk Petani dan Cap Tikus Dari Seorang Sarjana Cap Tikus

  • Bagikan
Andre K. Merentek, S.IK

SELAMANYA saya tetap merasa bangga pernah di antar sampai ke jenjang pendidikan paling tinggi.

Dianggap haram boleh, asal jangan mematikan mata pencaharian para ayah di ‘atas’ sana. Ketika dipandang dalang dari sebuah masalah, minumannya hanyalah media, yang jadi sumber dari masalah orang itu sendiri.

Karena sudah rahasia umum, begitu banyak foto terpampang di rumah Pak Tani, anaknya menggunakan toga dan baju bagus karena benda ini.

Slogan “Berenti jo ba gate,” tak ayal membuat citra minuman ini selalu mengarah ke hal yang aneh bahkan negatif. Padahal, orang Minahasa tempo dulu selalu mengkonsumsinya dengan ciri khas tersendiri.

Satu hal juga yang sangat menarik, Cap Tikus itu adalah Minahasa dan Minahasa adalah Cap Tikus, terlepas dari banyaknya stigma buruk. Tapi itu memang mutlak adanya bahwa Cap Tikus itu Minahasa.

Pada akhirnya Cap Tikus akan tetap seperti ini, ia dicari karena kebutuhan. Kebutuhan pemenuhan untuk dikonsumsi dan kebutuhan pemenuhan untuk dipersekusi.

Akar kriminalitas yang sesungguhnya adalah objek manusia itu sendiri, dengan dan tanpa setetes alkohol pun dia tetap berbahaya. Karena manusia memiliki animal behavior nya masing-masing.

Jadi, semuanya itu bersumber juga dari niat. Jika pisau itu memang untuk membunuh kenapa dia masih tetap berada di dapur? Cap Tikus hanya benda mati yang termanifestasi oleh emosi seseorang.

Satu lagi yang ingin sampaikan, bagaimana salahnya juga para orang memandang sebuah profesi petani dengan selalu menganggap rendah.

“Agar bisa menanjak di dunia ini, kau harus menjadi sarjana,” dan begitulah dunia menghilangkan banyak petani.

Persepsi orang terhadap petani adalah salah besar, 20 tahun kedepan Cap Tikus mungkin akan punah. Banyak orang tua salah menanamkan pemahaman mengenai menjadi seorang petani yang sifatnya adalah miskin rejeki.

Sekali lagi salah, yang terpenting ialah tanamkan moral dan akhlak yang baik. Sementara saya sendiri adalah salah satu produk doktrinisasi mengenai ‘jangan menjadi petani’.

Pada intinya saya bangga jadi anak seorang petani dan saya Sarjana karna Cap Tikus!

 

Penulis : Andre K. Merentek, S.IK.

Dewan Kehormatan Pers Mahasiswa Acta Diurna

  • Bagikan